Curhatan Bepe(Bambang Pamungkas)
Serdadu Dan Narapidana
ini dia curhatannya :
Sebagai pemain sepakbola nasional, saya atau kami lebih tepatnya banyak menghabiskan waktu di luar kota bahkan di luar negeri. Berbeda dengan ketika kita berada di klub, di Tim Nasional jadwal kami sangat ketat dan teratur. Semua pemain harus bermalam di asrama baik di Jakarta atau di kota mana pun kami berada. Sehingga secara otomatis kami kurang mempunyai waktu untuk bertemu dengan keluarga. Kami hanya akan bertemu keluarga jika mereka datang berkunjung di waktu siang, itu pun waktunya terbatas karena kami harus istirahat untuk berlatih kembali di sore harinya. Apalagi jika kami harus melakukan lawatan atau TC ke luar negeri, kadang memakan waktu 2 minggu atau bahkan 1 bulan. Sehingga secara psikologis hal tersebut sedikit banyak mengganggu psikologis kami, terutama bagi mereka yang sudah berkeluarga…
Saya teringat ketika suatu siang, kami berada di Oman bersama Tim Nasional. Suatu sore teman sekamar saya, Ponaryo Astaman terlihat gelisah. Beberapa kali dia berbicara dengan istrinya melalui telepon, dari nada bicaranya nampaknya hal tersebut sangat serius. Singkat cerita, ternyata anak Ponaryo sedang demam tinggi di Jakarta. Sebagai seorang ayah tentu sangat wajar jika dia sangat gelisah, akan tetapi apa yang dia bisa perbuat saat ini. Jarak yang sangat jauh membuat dia hanya bisa memantau melalui telepon. Mungkin lain cerita jika saat anaknya demam dia sedang berada di rumah, tentu dia mampu melakukan sesuatu untuk kesembuhan anaknya atau setidaknya secara psikologis keberadaan seorang ayah akan mampu menjadi obat kepada buah hatinya…
Cerita yang lain datang dari Firman Utina, suatu siang di Myanmar ketika saya, Aliyudin, Charis dan Ismed sedang bermain domino di kamar saya, tiba-tiba Firman masuk dan bekata “Sialan, anak gue ngga mau ngomong sama gue sekarang”, “Loh kenapa Man…??” sahut Ismed, “Iya, katanya papa tukang bohong, katanya besok pulang tapi ko ngga pulang-pulang, mau nangis gue dengernya”, jelas Firman…
Setali tiga uang dengan diri saya. Suatu saat ketika saya baru pulang dari lawatan bersama Tim Nasional selama 2 minggu di Oman, saya pernah mengalami kejadian yang membuat saya meneteskan air mata. Saat itu sepulang dari Oman, kami hanya diberi waktu 24 jam untuk bertemu keluarga, karena 5 hari kemudian kami akan berhadapan dengan Australia di Jakarta.
Waktu yang singkat itu betul-betul saya habiskan bersama keluarga saya, ternyata 24 jam adalah waktu yang teramat sangat singkat. Keesokan harinya saya harus kembali bergabung di Hotel Sultan dimana Tim Nasional melakukan pemusatan latihan, selama dalam perjalanan anak saya yang paling kecil Syaura duduk di pangkuan saya, dan keliatan sekali jika dia tidak ingin lepas dari saya saat itu. Saat mobil mulai saya memasuki parkiran hotel dan pada akhirnya berhenti, saya pun mulai memindahkan Syaura ke pangkuan istri saya…
Saat itu Syaura bertanya “Pipi mau kemana..??”, Saya pun menjawab “Pipi Gol dulu ya, nanti malam Pipi pulang ya..” Tanpa menjawab Syaura mulai memeluk istri saya dan terlihat mulai tergenang air di matanya, istri saya pun berkata “Udah pi jalan aja, paling nangis sebentar.” Dengan sedikit berat saya pun mulai turun dari mobil, kaca mobil pun dibuka dan sambil berdiri di pangkuan istri saya, Syaura mulai melambaikan tangan walaupun terlihat dengan sedikit terpaksa. Mobil pun perlahan mulai berjalan dan Syaura pun masih melambaikan tangan dengan posisi badan sedikit menjulur keluar dari kaca pintu mobil…
Tiba-tiba dengan sedikit melompat Syaura berteriak “Pipi ngga boleh gol, pipi ngga boleh gol…!!!” Jika saat itu istri saya tidak sigap, mungkin Syaura sudah terjatuh dari mobil. Melihat kejadian itu secara reflek saya mengejar mobil saya dan memegang anak saya tersebut. Tanpa saya sadari mata saya pun berkaca-kaca, sambil memeluk Syaura saya berkata “Iya, iya pipi ngga gol sayang,” dan Syaura pun menangis di pelukan saya. Ternyata setelah 2 minggu tidak bertemu dengan saya, waktu 24 jam tadi tidak cukup buat Syaura untuk melepas rasa kangennya kepada saya. Lebih mudah bagi saya untuk menjelaskan kepada Salsa dan Abel karena mereka sudah mengerti konsekuensi pekerjaan saya, akan tetapi menjelaskan kepada Syaura terasa sangat berat bagi saya…
Beberapa cerita tadi hanyalah ilustrasi dari beberapa hal yang terjadi di kalangan kami, para pemain nasional. Mungkin hal-hal semacam itu tidak pernah terlintas di benak masyarakat, mungkin masyarakat hanya melihat dari sisi-sisi yang positif saja. Menjadi pemain nasional selalu terlihat enak di mata banyak orang, mereka selalu berpikir jika menjadi pemain nasional, maka kita akan bergelimang fasilitas, sehingga hidup ini akan terasa mudah dan menyenangkan…
Saya tidak pernah memungkiri akan hal tersebut, akan tetapi di sisi lain banyak juga cerita-cerita mengharukan yang terjadi di antara kami, cerita-cerita sentimentil yang lebih tepat jika disebut sebagai pengorbanan kami sebagai pemain nasional. Oleh karena itu jika pada suatu ketika kami dihujat masyarakat, maka terkadang sedikit terlintas perasaan untuk meninggalkan seragam tim nasional dan hanya berkonsentrasi di klub masing-masing saja…
Persepakbolaan kita yang tak kunjung membaik adalah kesalahan kita bersama.
Saya setuju dengan komentar seorang Benny Dollo pada suatu ketika, “Di Indonesia, setiap klub hanya mencari sebuah kemenangan (dengan segala macam cara) tanpa mau meningkatkan kualitas permainan tim itu sendiri”. Mereka bangga hanya dengan memenangkan pertandingan, walau terkadang dengan cara yang tidak fair. Mereka bahkan tidak perduli dengan kualitas permainan tim mereka sendiri…
Masalah akan timbul ketika mereka bergabung dengan Tim Nasional, pemain yang terbiasa dengan suasana Liga Indonesia yang kurang kondusif, akan sulit beradaptasi dengan iklim pertandingan internasional. Parahnya lagi Tim Nasional kita sangat jarang mendapat kesempatan untuk mendapat ujicoba internasional, itu yang membuat Tim Nasional kita selalu gagap dalam setiap partai internasional…
Ini adalah masalah pokok dalam sepakbola kita. Suasana liga yang kompetitif dan kondusif akan bermuara kepada Tim Nasional yang kuat, dan kita tidak mempunyai itu. Satu hal lagi yang selama ini kita lupa, regenerasi pemain kita tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena terlalu banyaknya pemain asing di setiap klub. Seharusnya 3 pemain asing dalam setiap klub sudah sangat ideal menurut saya. Di saat negara lain sudah memakai pemain berusia muda di Tim Nasional senior mereka, kita masih menggunakan tentara-tentara lama…
Bagaimana para pemain muda kita dapat berkembang jika mereka tidak mendapat kesempatan yang cukup di klub masing-masing. Ini yang luput dari radar para pengurus PSSI. Para pemain senior kita mungkin masih dapat dipergunakan, akan tetapi mereka juga butuh pelapis. Di samping untuk alasan regenerasi, hal tersebut juga akan berguna sebagai tekanan kepada para pemain senior, artinya setiap saat posisi mereka bisa tergeser. Untuk para junior, mereka juga bisa mulai belajar mendapatkan atmosfer sebuah laga internasional yang nantinya pasti sangat berguna untuk mereka. Itu baru sebuah iklim persaingan yang positif untuk kebaikan bersama..
Mengapa saya ibaratkan diri kami “Serdadu dan Narapidana”. (Serdadu) Karena kami adalah tentara paling depan yang berjuang untuk membela nama persepakbolaan Indonesia, walaupun dengan persenjataan yang minim (karena sistem iklim kompetisi yang sangat kurang kondusif). Dan ketika kami gagal, masyarakat tidak akan pernah mau tahu alasan apapun, mereka hanya tahu kami adalah para pesakitan perang yang pantas dicaci-maki tanpa mau tahu titik permasalahan yang sebenarnya, seperti seorang narapidana yang diseret ke terali besi..
Bagi kami para pemain mungkin hal tersebut sudah menjadi sebuah konsekuensi yang kami sudah perkirakan sebelumnya. Akan tetapi terkadang, bagi keluarga kami hal tersebut sedikit sulit diterima dan terkadang menimbulkan rasa frustasi…
Apapun keadaannya, saya sangat mengecam para pemain yang tidak berani datang, sengaja cedera atau menghindar dari kewajiban membela Tim Nasional Indonesia. Di negara maju, mereka rela melakukan apapun agar mendapatkan kesempatan bermain untuk negara mereka, karena itu adalah sebuah kebanggan dan tanggung jawab. Sedangkan di negara kita kesadaran itu masih sangat kurang. Di mata saya mereka adalah para “Pengecut”…
Sebagai “Serdadu maupun Narapida”, sejujurnya kami tidak pernah peduli. Apapun itu, kami tetap bangga menjadi pemain nasional, kami akan selalu bangga berjuang membela nama negara kami. Sebuah semboyan yang akan selalu kami ingat adalah “Bermainlah untuk dirimu, orang-orang yang kamu cintai(keluarga) dan lambang garuda di dadamu (Rakyat Indonesia)"
sebuah pengorbanan yang luar biasa dari pahlawan lapangan hijau..
Jumat, 31 Desember 2010
ini dia idolaku dari lapangan hijau
Yongki Aribowo
Nama Lengkap : Yongki Aribowo
Julukan : Young Guns
Tempat/Tgl.Lahir : Tulungagung, 23 November 1989
Tinggi/Berat Badan : 175 cm/72 kgNama Bapak : H. Goenarto
Nama Ibu :Hj. Nur Fadhilah
Saudara : 5 Sebagai Anak Ke 3
Posisi Bermain : Striker
Klub Sekarang : Arema FC
No.Punggung : 23
sosok pemain muda dalam timnas senior ini ternyata sangat rendah hati, berikut adalah kata-kata yang pernah saya dengar dari seorang yongki :
"aku adalah aku, aku tidak pernah berubah aku masih sama seperti dulu, si lugu dan pendiam dari Tulungangung"
"berhubung kemarin tidak main (cidera) dan abang-abang telah berusaha tapi Allah berkehendak lain"
kata Hamka Hamzah, rekan satu timnya di timnas Yongki sering jadi sasaran abang-abangnya di timnas dan dibilang 'belum dewasa' (@bukan 4 mata).
kak yongki mengagumi striker AC Milan, Filippo Inzagi (pantes kalau main sering offside).
hmmm sosok Yongki Aribowo yang mempunyai semangat begitu besar ini benar-benar saya kagumi, berani menerobos lawan dan tidak takut Offside!!
sosok ini pula yang setiap hari menjadi topik dalam sms maupun situs pertemanan di dunia maya oleh aku dan sahabatku (Dianing) yang sama-sama mengidolakan Yongki Aribowo, terlebih setelah dia gabung di Arema ^^
Nama Lengkap : Yongki Aribowo
Julukan : Young Guns
Tempat/Tgl.Lahir : Tulungagung, 23 November 1989
Tinggi/Berat Badan : 175 cm/72 kgNama Bapak : H. Goenarto
Nama Ibu :Hj. Nur Fadhilah
Saudara : 5 Sebagai Anak Ke 3
Posisi Bermain : Striker
Klub Sekarang : Arema FC
No.Punggung : 23
beberapa klub yang pernah dibela yongki :
- SSB Sinar Jaya
- Perseta
- PSBI Blitar
- Persik Kediri
- Arema Indonesia
sekarang yongki telah dipercaya oleh pelatih timnas untuk membela timnas kita.
ini saat kak yongki membela timnas U-23.- SSB Sinar Jaya
- Perseta
- PSBI Blitar
- Persik Kediri
- Arema Indonesia
sekarang yongki telah dipercaya oleh pelatih timnas untuk membela timnas kita.
sosok pemain muda dalam timnas senior ini ternyata sangat rendah hati, berikut adalah kata-kata yang pernah saya dengar dari seorang yongki :
"aku adalah aku, aku tidak pernah berubah aku masih sama seperti dulu, si lugu dan pendiam dari Tulungangung"
"berhubung kemarin tidak main (cidera) dan abang-abang telah berusaha tapi Allah berkehendak lain"
kata Hamka Hamzah, rekan satu timnya di timnas Yongki sering jadi sasaran abang-abangnya di timnas dan dibilang 'belum dewasa' (@bukan 4 mata).
kak yongki mengagumi striker AC Milan, Filippo Inzagi (pantes kalau main sering offside).
hmmm sosok Yongki Aribowo yang mempunyai semangat begitu besar ini benar-benar saya kagumi, berani menerobos lawan dan tidak takut Offside!!
sosok ini pula yang setiap hari menjadi topik dalam sms maupun situs pertemanan di dunia maya oleh aku dan sahabatku (Dianing) yang sama-sama mengidolakan Yongki Aribowo, terlebih setelah dia gabung di Arema ^^
Arif & Sepatu Hasil Mengutang
Batu - Kisah perjalanan Arif Suyono meniti karir sebagai pesepakbola profesional tidak mulus-mulus saja. Pada satu waktu, supersub timnas Indonesia di Piala AFF 2010 itu bahkan harus mendapatkan sepatu sepakbola hasil berutang.
Peristiwa tersebut terjadi sekitar sepuluh tahun lalu, saat Arif masih berusia 16 tahun. Ketika itu pemuda kelahiran Batu, Malang, tersebut hendak ikut seleksi masuk ke dalam tim Piala Gubernur.
Yang menjadi masalah, alumni SMU Islam Batu tersebut tidak lagi memiliki sepatu sepakbola yang layak pakai. Sepatu yang ia miliki saat itu, sebuah sepatu pemberian teman sekolahnya, sudah koyak.
Kegelisahan gelandang Sriwijaya FC itu tak luput dari perhatian keluarga besarnya. Ningsih, kakak kedua Arif, pun akhirnya nekat berutang sepatubola dengan harga Rp 150 ribu demi sang adik.
"Kami kasihan lihat dia, bingung untuk dapat sepatu, kemudian kami sepakat mengutangkan di sebuah toko sepatu yang saya kenal," cerita Ningsih sembari meneteskan air mata.
Melihat kakaknya membawa sepatu baru, Arif muda tak ayal langsung berlinangan air mata. "Kemudian dia berangkat dengan menangis. Kami sekeluarga tiap malam menggelar salat untuk mendoakan dia saat itu. Agar bisa jadi orang sukses," tutur Ningsih.
Faktor ekonomi memang menjadi salah satu kendala dalam perjalanan Arif menimba ilmu sepakbola. Tak jarang ia sampai harus menunggu hasil upah sang ayah sebagai buruh di pasar, sebelum berangkat latihan.
"Kalau mau minta ongkos berangkat, kami kakak-kakaknya harus meminta uang kepada bapak, dengan mendatangi ke pasar," ungkap Ningsih.
Untungnya Arif yang kelahiran 3 Januari 1984 tersebut memang dapat limpahan dukungan tanpa henti dari keluarga besarnya. Impian pemain yang dibesarkan bersama 12 saudaranya itu selalu ditempatkan sebagai prioritas keluarganya.
"Tujuan kami saat itu Arif biar jadi orang sukses dan mampu membantu keluarga. Karena kami 12 bersaudara dengan orangtua hanya kerja serabutan," ujar Ningsih yang tiada hentinya meneteskan air mata.
Saat ini Arif sudah sukses, tapi ia tidak lupa kalau apa yang ia peroleh saat ini tidak lepas dari peran keluarga. Maka keluarga besarnya pun pun ikut menikmati hasilnya. Melalui kucuran dana Arif, bisnis keluarga dibangun melalui usaha kripik.
''segala sesuatu yang dimulai dari sebuah perjuangan dan diniati dengan ikhlas serta positif akan berbuah manis ketika sampai pada akhir perjuangan.:)''
semoga bermanfaat ^^
Peristiwa tersebut terjadi sekitar sepuluh tahun lalu, saat Arif masih berusia 16 tahun. Ketika itu pemuda kelahiran Batu, Malang, tersebut hendak ikut seleksi masuk ke dalam tim Piala Gubernur.
Yang menjadi masalah, alumni SMU Islam Batu tersebut tidak lagi memiliki sepatu sepakbola yang layak pakai. Sepatu yang ia miliki saat itu, sebuah sepatu pemberian teman sekolahnya, sudah koyak.
Kegelisahan gelandang Sriwijaya FC itu tak luput dari perhatian keluarga besarnya. Ningsih, kakak kedua Arif, pun akhirnya nekat berutang sepatubola dengan harga Rp 150 ribu demi sang adik.
"Kami kasihan lihat dia, bingung untuk dapat sepatu, kemudian kami sepakat mengutangkan di sebuah toko sepatu yang saya kenal," cerita Ningsih sembari meneteskan air mata.
Melihat kakaknya membawa sepatu baru, Arif muda tak ayal langsung berlinangan air mata. "Kemudian dia berangkat dengan menangis. Kami sekeluarga tiap malam menggelar salat untuk mendoakan dia saat itu. Agar bisa jadi orang sukses," tutur Ningsih.
Faktor ekonomi memang menjadi salah satu kendala dalam perjalanan Arif menimba ilmu sepakbola. Tak jarang ia sampai harus menunggu hasil upah sang ayah sebagai buruh di pasar, sebelum berangkat latihan.
"Kalau mau minta ongkos berangkat, kami kakak-kakaknya harus meminta uang kepada bapak, dengan mendatangi ke pasar," ungkap Ningsih.
Untungnya Arif yang kelahiran 3 Januari 1984 tersebut memang dapat limpahan dukungan tanpa henti dari keluarga besarnya. Impian pemain yang dibesarkan bersama 12 saudaranya itu selalu ditempatkan sebagai prioritas keluarganya.
"Tujuan kami saat itu Arif biar jadi orang sukses dan mampu membantu keluarga. Karena kami 12 bersaudara dengan orangtua hanya kerja serabutan," ujar Ningsih yang tiada hentinya meneteskan air mata.
Saat ini Arif sudah sukses, tapi ia tidak lupa kalau apa yang ia peroleh saat ini tidak lepas dari peran keluarga. Maka keluarga besarnya pun pun ikut menikmati hasilnya. Melalui kucuran dana Arif, bisnis keluarga dibangun melalui usaha kripik.
''segala sesuatu yang dimulai dari sebuah perjuangan dan diniati dengan ikhlas serta positif akan berbuah manis ketika sampai pada akhir perjuangan.:)''
semoga bermanfaat ^^
Ini Tentang Idolaku Andi Arsyil Rahman Putra
catatan ini aku ambil dari sebuah majalah..
Tidak hanya berwajah ganteng, lelaki yang satu ini juga terbilang memiliki otak yang encer. Sejak kecil kerapkali ia menuai prestasi.
Itulah sosok Andi Arsyil Rahman Putra atau lebih dikenal sebagai Furqan di Mega Film “Ketika Cinta Bertasbih” (KCB) yang tayang pertengahan 2009. Sebelum memerankan sosok Furqan yang kemudian melambungkan namanya itu, ia harus bersaing dengan ribuan orang yang mendaftar. Bahkan, saat Grand Final, ia harus bersaing dengan Andi Iswandi, yang merupakan seorang aktor naik daun. Namun, akhirnya Arsyil yang keluar terpilih untuk memerankan Furqan, sosok yang digambarkan sebagai lelaki yang kaya raya, pinter dan religius.
Kebahagiaan tentu saja menghinggapi Arsyil saat dirinya terpilih. Namun, baginya, ia tak perlu menyikapinya dengan berlebihan. Karena itu, saat namanya diumumkan sebagai pemenang di Grand Final untuk memerankan sosok Furqan, ia lupa melakukan sujud syukur. Ia tertegun dan baru menyadarinya setelah temen-temen mengucapkan selamat kepadanya. “Ini amanah, karena setelah itu masih ada perjuangan baru,” ujar lelaki yang mengenakan kaos warna merah dari merk terkenal saat diwawancarai ini.
Ternyata, perjuangan baru yang dimaksudkan Arsyil akhirnya benar-benar terjadi. Sebab, ia harus memerankan sosok yang benar-benar tidak mudah. Sebagai pemula di dunia film, tak mudah memerankan sosok yang memiliki karakter seperti Furqan. Ia memiliki kadar emosional yang berubah-ubah, apalagi saat melakoni peran dirinya terkena penyakit AIDS. “Untuk mencapai karya yang sempurna itu, aku banyak belajar dan membaca,” ujar lelaki kelahiran Makassar, 15 September 1987 ini.
Tidak tanggung-tanggung, setiap hari Arsyil menguber para juri KCB saat itu seperti Nunik L. Karim, Didi Petet, dan Deddy Mizwar untuk belajar akting yang baik. Bahkan, ia lakukan juga kepada sang sutradaranya yaitu Khairul Umam. “Aku terus bertanya, sampai mungkin mereka bosan sendiri,” ujarnya dengan kelakar.
Hal yang paling sulit juga dilakukan Arsyil adalah saat skenario film itu menuntut dirinya untuk berdialog dengan bahasa Arab dalam satu adegannya. Dengan tidak memiliki latar belakang pesantren dan pendidikan bahasa Arab pun hanya didapatkannya saat di TK, Arsyil harus fasih berbahasa Arab. Bahasa Arab ‘amiyah (bahasa yang dipakai sehari-hari di Arab) lagi, bukan bahasa Fushah (bahasa Arab seperti tertulis di al-Qur’an).
Namun, demi bisa melakoninya dengan baik, Arsyil tidak pantang mundur. Ia berusaha belajar dengan keras. “Kalau aku lagi dapat uang saku, aku gunakan untuk jalan-jalan di Mesir. Tujuannya untuk belajar bahasa Arab. Saat naik taxi, aku ajak dialog supirnya. Saat belanja baik di warung atau toko mini, aku juga berusaha tawar-menawar dengan bahasa Arab. Karena itu, aku selalu bawa kamus kecil setiap kali jalan,” ujarnya menceritakan bagaimana seriusnya belajar bahasa Arab untuk mendapatkan lakon yang sempurna di KCB. Perjuangan Arsyil tidak sia-sia. Ia berhasil mengucapkan bahasa Arab dengan cukup fasih dalam lakon di KCB tersebut.
Film KCB itu akhirnya benar-benar meledak di pasaran, sesuai dengan proses audisinya yang sangat populis. Para pemain KCB pun kebagian berkahnya. Setiap hari mereka hampir diundang ke layar televisi untuk wawancara. Kedatangannya ke setiap daerah pun dielu-elukan para penggemar. Arsyil pun merasakan kondisi seperti ini. Namun, dengan rendah hati ia berkata, “Awalnya aku ikut ini bukan untuk popularitas. Yang aku cari adalah perbaikan diri.”
Dengan karakter Furqan yang religius dan pintar, ia berharap itu akan membuatnya menjadi lelaki yang lebih baik. Yang bisa memperbaiki dirinya. Itulah harapan semula saat dirinya ikut audisi KCB. Jika kenyataannya film itu booming (meledak) dan berimbas pada pamor para pemainnya, itu adalah bagian dari anugerah yang diberikan Tuhan.
Menurut Arsyil, buku “Ketika Cinta Bertasbih” karya Kang Abik (Habiburrahman El Shirazy) sangat bagus esensinya. Itulah yang menggerakkan hatinya untuk ikutan audisi film KCB. Apalagi, setelah ia melihat para jurinya juga orang-orang profesional di bidangnya. Satu hal lagi, pengalaman bisa bersama mereka itulah yang merupakan hal yang luar biasa dibandingkan dengan yang lain.
Tidak saja menimbah ilmu dari mereka, Arsyil juga merasakan iklim yang sangat religius bersama mereka. “Sebenarnya bukan KCB-nya, tapi pola lingkungannya. Di situ lingkungannya sangat kondusif, berani untuk selalu belajar baik, dan didukung oleh orang-orang yang aku bilang notabene orang-orang sukses. Mereka juga memiliki latar belakang yang baik dan memiliki nilai-nilai Islami yang baik. Itulah yang menurut aku luar biasa. Aku banyak mendapat pengalaman dari mereka,” ujar lelaki ganteng berdarah Bugis ini.
Ya, banyak hal yang dipelajari oleh Arsyil dari KCB ini. Namun, satu hal yang belum banyak diketahui oleh orang, bahwa Arsyil sebenarnya adalah sosok yang prestisius. Sejak kecil ia kerapkali meraih prestasi. Bisa dibilang, otaknya sangat encer. Saat kelas 1 SMA, ia pernah mengikuti olimpiade fisika se-Makassar dan meraih juara ketiga kategori “The Most Creative Student”.
Bahkan, pada saat ujian SMA, nilai ujian akhir nasional (UAN) untuk matematika, ia mendapatkan angka sempurna yakni 10. Ini hal yang luar biasa! “Mungkin ada angka 10 di UAN baru aku saat itu,” ujar Arsyil berkelakar. Sebelumnya, saat masih kecil, ia pernah mendapat juara ke-2 lomba busana adat antar TK tingkat nasional di TMII.
Wajahnya yang ganteng dan fotogenik juga menjadikannya meraih juara satu wajah IT. Lalu, pada tahun 2007, ia menjuarai Duta Kawasaki. Setahun kemudian, tahun 2008, ia terpilih juara satu Pemilihan Dara dan Daeng Makassar (semacam Abang & None Jakarta). Ia juga juara ke-2 Pemilihan Model Makassar Terkini dan menjadi Duta Pariwisata Kota Makassar.
Sebelumnya, Arsyil pun kerapkali menjadi model video klip artis-artis lokal di Makassar. Bahkan, tahun 2004, anak kelima dari tujuh bersaudara ini pernah melakoni sebuah sinetron berjudul “Ngaca Dong!” bersama Chaterine Wilson yang tayang di Trans TV. Ia berperan antagonis di situ.
Atas segala prestasi itu, pantas saja jika Arsyil terpilih untuk memerankan Furqan di KCB. Terlepas dari semua itu, karena Arsyil memang pandai berperan (akting). Meski tidak memiliki latar belakang teater secara akademis (formal), namun kemampuan aktingnya ia pelajari dari keterlibatannya di beberapa teater di Makassar. Maka, tumbuhlah seorang Arsyil yang bisa berperan dan memiliki mental yang bagus. Dengan mental yang baik inilah, Arsyil mampu melewati segala pertanyaan dan ujian saat audisi di KCB.
Kini, setelah sukses di KCB, Arsyil mulai digandrungi banyak fans. Tidak sedikit fansnya berasal dari para perempuan yang menggilai kegantengannya. Bahkan, mungkin dari kalangan anak-anak hingga orang tua. Tidak sedikit pula yang berbuat aneh kepadanya, mulai dari mencubit-cubit pipinya yang halus hingga mengiriminya kado unik. Atas segala atensi para fansnya itu, Arsyil pun kerapkali menjaga hubungan baik dengan mereka, baik dengan interaksi langsung maupun lewat dunia maya.
Bagi Arsyil, kondisi seperti ini sebenarnya tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Saat kecil, sebenarnya ia bercita-cita ingin menjadi pilot. Baginya, melihat sebuah benda berwarna putih dan bisa terbang adalah hal yang mengasyikkan dan menakjubkan. Arsyil kecil pun bermimpi suatu saat pasti akan bisa mengendarai kapal terbang.
Cita-cita tersebut rasanya tidak sulit diwujudkan, mengingat ayah Arsyil adalah seorang dosen dan guru besar di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar. Pendidikan pasti akan mendapatkan prioritas dari kedua orang tuanya. Namun, kedua orang tua tampaknya kurang berkenan dengan cita-cita anaknya ini.
Akhirnya, Arsyil pun fokus pada dunia pendidikan, seperti profesi gurunya yang seorang dosen. Pada perjalanannya, kondisi seperti ini ada benarnya. Arsyil tampak tumbuh menjadi lelaki yang “gila” pada belajar. Nilai-nilai sekolahnya selalu baik.
“Aku tidak pernah bermimpi jadi selebritis. Aku gak pernah neko-neko memaksakan keadaan. Dulu aku lebih suka mengejar pendidikan dan aku harus berprestasi,” ujar Arsyil di rumah kakaknya di Penggilingan, Jaktim ini.
Karena itu, meski ia mulai merambah dunia entertainment, pendidikannya jalan terus. Bahkan, kini ia sedang menjalani tiga kuliah di universitas berbeda sekaligus, yang salah satunya mendapatkan beasiswa. Ini hal yang tidak mudah, tentunya, apalagi di tengah-tengah ia sedang mengejar karir di dunia entertainment.
Dari tiga kuliah itu, Arsyil sudah menyelesaikan skripsinya dari salah satu perguruan tinggi. Sisanya lagi sedang dalam upaya penyelesaian. “Aku termasuk gila kerja dan belajar. Aku kadang sampai larut pagi berada di komputer untuk mengetik,” kisah lelaki yang memiliki berat tubuh sekitar 75 kg dan pernah bekerja di sebuah perusahaan swasta telekomunikasi ini.
Menurut Arsyil, dulu saat masih bekerja di perusahaan swasta telekomunikasi yang dijalaninya selama satu tahun, dirinya jarang sekali tidur lama. Sebab, ia harus membagi waktunya untuk kuliah dan kerja baik di perusahaan maupun di entertainmet sebagai model atau MC. “Orang-orang bilang tentang saya agak aneh. Tapi, saya menjalaninya enjoy aja,” ujar Arsyil.
Kini, Arsyl telah merampungkan sebuah buku berjudul “Ayam dan Telor Mas”. “Mengenai judul belum pasti karena sedang saya ajukan ke penerbit,” ujar Arsyil. Buku berkisah tentang filosofi hidup ini dikerjakan saat shooting film KCB. Kini, ia sedang menulis buku keduanya, yang judulnya belum direncanakan.
Tentang orang yang dikaguminya, Arsyil begitu respek pada Arnold Schwarzenegger, seorang entertainment yang sukses terjun di bidang politik. “Meski dia seorang aktor, dia tetap bisa jadi leader di negaranya. Ia bisa jadi contoh,” ujarnya.
Arsyil juga sangat mengagumi Jet Lee, aktor laga dari Hongkong. “Keluar (baca: Hollywood) ia membawa keahliannya berkungfu. Saya kagum dengannya,” ujar Arsyil. Ia juga mengagumi Brad Pitt karena sangat sosialis. Untuk Indonesia, ia juga respek pada Dede Yusuf yang bisa sukses di karir entertainment dan juga politik sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat.
Arsyil tampaknya suka pada pelakon drama (entertainment) yang tidak saja menjual ketampanan atau kecantikannya, tapi juga kepintarannya. Contoh orang-orang di atas, digambarkan oleh Arsyl memiliki sisi-sisi kepintarannya ini. Jika tak pintar, mungkin mereka tidak akan bisa sukses di bidang lain, terutama politik.
Ketika disinggung soal cita-citanya kelak, Arsyil merendah bahwa ia hanya ingin menjadi orang yang bermanfaat buat siapa saja. “Hidup itu apa adanya. Karena hidup itu perjuangan,” ujarnya. Namun, kalau bisa, kelak ia bisa memberikan sumbangsih pada dunia pendidikan.
Satu hal yang tersisa dari Arsyil adalah dia seorang religius. Setelah film KCB, ia pernah ditawari video klip, namun ia menolaknya. “Karena dalam video klip itu ada adegan harus cium kening,” ujarnya. Padahal, itu adalah adegan standar, namun ia tetap menolak tawaran itu.
Arsyil pun rutin mengikuti pengajian mingguan di Pejaten. Usai wawancara dengan Hidayah, berencana ia pun akan berangkat ke pengajian. “Boleh kalau kamu ikut,” ajak Arsyl pada Hidayah.
Religiusitas Arsyil yang demikian itu bukan semata-mata karena ia baru saja memerankan tokoh religius di film KCB. Tapi, karena sejak kecil ia sudah ditanamkan oleh kedua orang tuanya dengan pendidikan agama yang baik. “Yang penting, pesan orang tua agar saya tidak lupa shalat,” kenang Arsyil tentang nasehat kedua orang tua saat kecil dulu.
Mudah-mudahan, Arsyil tetap konsisten pada kondisi seperti itu! Dan bagi kita, semoga bisa mengambil hikmah dari pengalaman hidupnya ini! Amien.
inilah sosok kak Arsyil yang juga telah mempertemukan saya dengan banyak sahabat..
Tidak hanya berwajah ganteng, lelaki yang satu ini juga terbilang memiliki otak yang encer. Sejak kecil kerapkali ia menuai prestasi.
Itulah sosok Andi Arsyil Rahman Putra atau lebih dikenal sebagai Furqan di Mega Film “Ketika Cinta Bertasbih” (KCB) yang tayang pertengahan 2009. Sebelum memerankan sosok Furqan yang kemudian melambungkan namanya itu, ia harus bersaing dengan ribuan orang yang mendaftar. Bahkan, saat Grand Final, ia harus bersaing dengan Andi Iswandi, yang merupakan seorang aktor naik daun. Namun, akhirnya Arsyil yang keluar terpilih untuk memerankan Furqan, sosok yang digambarkan sebagai lelaki yang kaya raya, pinter dan religius.
Kebahagiaan tentu saja menghinggapi Arsyil saat dirinya terpilih. Namun, baginya, ia tak perlu menyikapinya dengan berlebihan. Karena itu, saat namanya diumumkan sebagai pemenang di Grand Final untuk memerankan sosok Furqan, ia lupa melakukan sujud syukur. Ia tertegun dan baru menyadarinya setelah temen-temen mengucapkan selamat kepadanya. “Ini amanah, karena setelah itu masih ada perjuangan baru,” ujar lelaki yang mengenakan kaos warna merah dari merk terkenal saat diwawancarai ini.
Ternyata, perjuangan baru yang dimaksudkan Arsyil akhirnya benar-benar terjadi. Sebab, ia harus memerankan sosok yang benar-benar tidak mudah. Sebagai pemula di dunia film, tak mudah memerankan sosok yang memiliki karakter seperti Furqan. Ia memiliki kadar emosional yang berubah-ubah, apalagi saat melakoni peran dirinya terkena penyakit AIDS. “Untuk mencapai karya yang sempurna itu, aku banyak belajar dan membaca,” ujar lelaki kelahiran Makassar, 15 September 1987 ini.
Tidak tanggung-tanggung, setiap hari Arsyil menguber para juri KCB saat itu seperti Nunik L. Karim, Didi Petet, dan Deddy Mizwar untuk belajar akting yang baik. Bahkan, ia lakukan juga kepada sang sutradaranya yaitu Khairul Umam. “Aku terus bertanya, sampai mungkin mereka bosan sendiri,” ujarnya dengan kelakar.
Hal yang paling sulit juga dilakukan Arsyil adalah saat skenario film itu menuntut dirinya untuk berdialog dengan bahasa Arab dalam satu adegannya. Dengan tidak memiliki latar belakang pesantren dan pendidikan bahasa Arab pun hanya didapatkannya saat di TK, Arsyil harus fasih berbahasa Arab. Bahasa Arab ‘amiyah (bahasa yang dipakai sehari-hari di Arab) lagi, bukan bahasa Fushah (bahasa Arab seperti tertulis di al-Qur’an).
Namun, demi bisa melakoninya dengan baik, Arsyil tidak pantang mundur. Ia berusaha belajar dengan keras. “Kalau aku lagi dapat uang saku, aku gunakan untuk jalan-jalan di Mesir. Tujuannya untuk belajar bahasa Arab. Saat naik taxi, aku ajak dialog supirnya. Saat belanja baik di warung atau toko mini, aku juga berusaha tawar-menawar dengan bahasa Arab. Karena itu, aku selalu bawa kamus kecil setiap kali jalan,” ujarnya menceritakan bagaimana seriusnya belajar bahasa Arab untuk mendapatkan lakon yang sempurna di KCB. Perjuangan Arsyil tidak sia-sia. Ia berhasil mengucapkan bahasa Arab dengan cukup fasih dalam lakon di KCB tersebut.
Film KCB itu akhirnya benar-benar meledak di pasaran, sesuai dengan proses audisinya yang sangat populis. Para pemain KCB pun kebagian berkahnya. Setiap hari mereka hampir diundang ke layar televisi untuk wawancara. Kedatangannya ke setiap daerah pun dielu-elukan para penggemar. Arsyil pun merasakan kondisi seperti ini. Namun, dengan rendah hati ia berkata, “Awalnya aku ikut ini bukan untuk popularitas. Yang aku cari adalah perbaikan diri.”
Dengan karakter Furqan yang religius dan pintar, ia berharap itu akan membuatnya menjadi lelaki yang lebih baik. Yang bisa memperbaiki dirinya. Itulah harapan semula saat dirinya ikut audisi KCB. Jika kenyataannya film itu booming (meledak) dan berimbas pada pamor para pemainnya, itu adalah bagian dari anugerah yang diberikan Tuhan.
Menurut Arsyil, buku “Ketika Cinta Bertasbih” karya Kang Abik (Habiburrahman El Shirazy) sangat bagus esensinya. Itulah yang menggerakkan hatinya untuk ikutan audisi film KCB. Apalagi, setelah ia melihat para jurinya juga orang-orang profesional di bidangnya. Satu hal lagi, pengalaman bisa bersama mereka itulah yang merupakan hal yang luar biasa dibandingkan dengan yang lain.
Tidak saja menimbah ilmu dari mereka, Arsyil juga merasakan iklim yang sangat religius bersama mereka. “Sebenarnya bukan KCB-nya, tapi pola lingkungannya. Di situ lingkungannya sangat kondusif, berani untuk selalu belajar baik, dan didukung oleh orang-orang yang aku bilang notabene orang-orang sukses. Mereka juga memiliki latar belakang yang baik dan memiliki nilai-nilai Islami yang baik. Itulah yang menurut aku luar biasa. Aku banyak mendapat pengalaman dari mereka,” ujar lelaki ganteng berdarah Bugis ini.
Ya, banyak hal yang dipelajari oleh Arsyil dari KCB ini. Namun, satu hal yang belum banyak diketahui oleh orang, bahwa Arsyil sebenarnya adalah sosok yang prestisius. Sejak kecil ia kerapkali meraih prestasi. Bisa dibilang, otaknya sangat encer. Saat kelas 1 SMA, ia pernah mengikuti olimpiade fisika se-Makassar dan meraih juara ketiga kategori “The Most Creative Student”.
Bahkan, pada saat ujian SMA, nilai ujian akhir nasional (UAN) untuk matematika, ia mendapatkan angka sempurna yakni 10. Ini hal yang luar biasa! “Mungkin ada angka 10 di UAN baru aku saat itu,” ujar Arsyil berkelakar. Sebelumnya, saat masih kecil, ia pernah mendapat juara ke-2 lomba busana adat antar TK tingkat nasional di TMII.
Wajahnya yang ganteng dan fotogenik juga menjadikannya meraih juara satu wajah IT. Lalu, pada tahun 2007, ia menjuarai Duta Kawasaki. Setahun kemudian, tahun 2008, ia terpilih juara satu Pemilihan Dara dan Daeng Makassar (semacam Abang & None Jakarta). Ia juga juara ke-2 Pemilihan Model Makassar Terkini dan menjadi Duta Pariwisata Kota Makassar.
Sebelumnya, Arsyil pun kerapkali menjadi model video klip artis-artis lokal di Makassar. Bahkan, tahun 2004, anak kelima dari tujuh bersaudara ini pernah melakoni sebuah sinetron berjudul “Ngaca Dong!” bersama Chaterine Wilson yang tayang di Trans TV. Ia berperan antagonis di situ.
Atas segala prestasi itu, pantas saja jika Arsyil terpilih untuk memerankan Furqan di KCB. Terlepas dari semua itu, karena Arsyil memang pandai berperan (akting). Meski tidak memiliki latar belakang teater secara akademis (formal), namun kemampuan aktingnya ia pelajari dari keterlibatannya di beberapa teater di Makassar. Maka, tumbuhlah seorang Arsyil yang bisa berperan dan memiliki mental yang bagus. Dengan mental yang baik inilah, Arsyil mampu melewati segala pertanyaan dan ujian saat audisi di KCB.
Kini, setelah sukses di KCB, Arsyil mulai digandrungi banyak fans. Tidak sedikit fansnya berasal dari para perempuan yang menggilai kegantengannya. Bahkan, mungkin dari kalangan anak-anak hingga orang tua. Tidak sedikit pula yang berbuat aneh kepadanya, mulai dari mencubit-cubit pipinya yang halus hingga mengiriminya kado unik. Atas segala atensi para fansnya itu, Arsyil pun kerapkali menjaga hubungan baik dengan mereka, baik dengan interaksi langsung maupun lewat dunia maya.
Bagi Arsyil, kondisi seperti ini sebenarnya tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Saat kecil, sebenarnya ia bercita-cita ingin menjadi pilot. Baginya, melihat sebuah benda berwarna putih dan bisa terbang adalah hal yang mengasyikkan dan menakjubkan. Arsyil kecil pun bermimpi suatu saat pasti akan bisa mengendarai kapal terbang.
Cita-cita tersebut rasanya tidak sulit diwujudkan, mengingat ayah Arsyil adalah seorang dosen dan guru besar di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar. Pendidikan pasti akan mendapatkan prioritas dari kedua orang tuanya. Namun, kedua orang tua tampaknya kurang berkenan dengan cita-cita anaknya ini.
Akhirnya, Arsyil pun fokus pada dunia pendidikan, seperti profesi gurunya yang seorang dosen. Pada perjalanannya, kondisi seperti ini ada benarnya. Arsyil tampak tumbuh menjadi lelaki yang “gila” pada belajar. Nilai-nilai sekolahnya selalu baik.
“Aku tidak pernah bermimpi jadi selebritis. Aku gak pernah neko-neko memaksakan keadaan. Dulu aku lebih suka mengejar pendidikan dan aku harus berprestasi,” ujar Arsyil di rumah kakaknya di Penggilingan, Jaktim ini.
Karena itu, meski ia mulai merambah dunia entertainment, pendidikannya jalan terus. Bahkan, kini ia sedang menjalani tiga kuliah di universitas berbeda sekaligus, yang salah satunya mendapatkan beasiswa. Ini hal yang tidak mudah, tentunya, apalagi di tengah-tengah ia sedang mengejar karir di dunia entertainment.
Dari tiga kuliah itu, Arsyil sudah menyelesaikan skripsinya dari salah satu perguruan tinggi. Sisanya lagi sedang dalam upaya penyelesaian. “Aku termasuk gila kerja dan belajar. Aku kadang sampai larut pagi berada di komputer untuk mengetik,” kisah lelaki yang memiliki berat tubuh sekitar 75 kg dan pernah bekerja di sebuah perusahaan swasta telekomunikasi ini.
Menurut Arsyil, dulu saat masih bekerja di perusahaan swasta telekomunikasi yang dijalaninya selama satu tahun, dirinya jarang sekali tidur lama. Sebab, ia harus membagi waktunya untuk kuliah dan kerja baik di perusahaan maupun di entertainmet sebagai model atau MC. “Orang-orang bilang tentang saya agak aneh. Tapi, saya menjalaninya enjoy aja,” ujar Arsyil.
Kini, Arsyl telah merampungkan sebuah buku berjudul “Ayam dan Telor Mas”. “Mengenai judul belum pasti karena sedang saya ajukan ke penerbit,” ujar Arsyil. Buku berkisah tentang filosofi hidup ini dikerjakan saat shooting film KCB. Kini, ia sedang menulis buku keduanya, yang judulnya belum direncanakan.
Tentang orang yang dikaguminya, Arsyil begitu respek pada Arnold Schwarzenegger, seorang entertainment yang sukses terjun di bidang politik. “Meski dia seorang aktor, dia tetap bisa jadi leader di negaranya. Ia bisa jadi contoh,” ujarnya.
Arsyil juga sangat mengagumi Jet Lee, aktor laga dari Hongkong. “Keluar (baca: Hollywood) ia membawa keahliannya berkungfu. Saya kagum dengannya,” ujar Arsyil. Ia juga mengagumi Brad Pitt karena sangat sosialis. Untuk Indonesia, ia juga respek pada Dede Yusuf yang bisa sukses di karir entertainment dan juga politik sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat.
Arsyil tampaknya suka pada pelakon drama (entertainment) yang tidak saja menjual ketampanan atau kecantikannya, tapi juga kepintarannya. Contoh orang-orang di atas, digambarkan oleh Arsyl memiliki sisi-sisi kepintarannya ini. Jika tak pintar, mungkin mereka tidak akan bisa sukses di bidang lain, terutama politik.
Ketika disinggung soal cita-citanya kelak, Arsyil merendah bahwa ia hanya ingin menjadi orang yang bermanfaat buat siapa saja. “Hidup itu apa adanya. Karena hidup itu perjuangan,” ujarnya. Namun, kalau bisa, kelak ia bisa memberikan sumbangsih pada dunia pendidikan.
Satu hal yang tersisa dari Arsyil adalah dia seorang religius. Setelah film KCB, ia pernah ditawari video klip, namun ia menolaknya. “Karena dalam video klip itu ada adegan harus cium kening,” ujarnya. Padahal, itu adalah adegan standar, namun ia tetap menolak tawaran itu.
Arsyil pun rutin mengikuti pengajian mingguan di Pejaten. Usai wawancara dengan Hidayah, berencana ia pun akan berangkat ke pengajian. “Boleh kalau kamu ikut,” ajak Arsyl pada Hidayah.
Religiusitas Arsyil yang demikian itu bukan semata-mata karena ia baru saja memerankan tokoh religius di film KCB. Tapi, karena sejak kecil ia sudah ditanamkan oleh kedua orang tuanya dengan pendidikan agama yang baik. “Yang penting, pesan orang tua agar saya tidak lupa shalat,” kenang Arsyil tentang nasehat kedua orang tua saat kecil dulu.
Mudah-mudahan, Arsyil tetap konsisten pada kondisi seperti itu! Dan bagi kita, semoga bisa mengambil hikmah dari pengalaman hidupnya ini! Amien.
inilah sosok kak Arsyil yang juga telah mempertemukan saya dengan banyak sahabat..
ini buku karya kak Arsyil yang pertama..
Akhlak Bersahabat
Di antara akhlak bersahabat adalah sbb :
a. Rendah hati dan tidak sombong.
b. Saling kasih mengasihi.
c. Memberi perhatian terhadap keadaan sahabat. "apabila seseorang itu cinta kepada sahabatnya, harus tahu tentang keadaannya." (H.R. At-Tirmidzi).
d. Selalu membantu keperluan sahabat. "siapa saja yang meringankan keperluan sahabatnya dalam urusan dunia,maka dia akan mendapat keringanan atas keperluannya di akhirat."(H.R. Bukhari dan Muslim).
e. Menjaga kawan dari gangguan orang lain.
f. Memberi nasehat.
g. Mendamaikan bila berselisih.
h. Doakan dengan kebaikan.
a. Rendah hati dan tidak sombong.
b. Saling kasih mengasihi.
c. Memberi perhatian terhadap keadaan sahabat. "apabila seseorang itu cinta kepada sahabatnya, harus tahu tentang keadaannya." (H.R. At-Tirmidzi).
d. Selalu membantu keperluan sahabat. "siapa saja yang meringankan keperluan sahabatnya dalam urusan dunia,maka dia akan mendapat keringanan atas keperluannya di akhirat."(H.R. Bukhari dan Muslim).
e. Menjaga kawan dari gangguan orang lain.
f. Memberi nasehat.
g. Mendamaikan bila berselisih.
h. Doakan dengan kebaikan.
Sahabat
"sekiranya hendak mengetahui akan tingkah laku, pribadi atau kelakuan seseorang adalah ia seorang yang soleh atau toleh maka tidak perlu bertanya di sana sini. Cukup melihat siapakah kawannya dan siapakah orang-orang yang disayanginya dan dari itu akan mengetahui pribadinya karena seseorang yang berkawan ia akan mengikuti kelakuan dan perbuatan kawannya itu"..
petikan dari nasehat Alqomah kepada putranya :
"wahai putraku! sekiranya engkau merasakan perlu untuk bersahabat dengan seseorang maka hendaklah engkau memilih teman-teman yang memiliki sifat yang berikut :
1. jika kamu ditimpa oleh bencana maka temanmu itu akan coba melakukan sesuatu untuk menghilangkan dan meringankan kesusahanmu itu.
2.jika kamu meminta sesuatu bantuan atau pertolongan dari teman itu maka ia akan segera mengusahakannya.
3.jika kamu merancangkan sesuatu maka temanmu itu akan turut membantumu dengan memberikan pandangannya.
4.jika kamu bercakap-cakap dengannya maka temanmu itu akan membenarkan kata-katamu.
5.jika temanmu itu melihat sesuatu yang tidak baik dari perbuatan atau perkataan atau perkataanmu maka dia akan menutupinya.
6.jika kamu mengeratkan hubungan persahabatan dengan temanmu itu maka dia akan membalas dengan baik pertalian persahabatan itu.
7.jika kamu menghulurkan sesuatu kebaikan (hadiah) kepada temanmu itu maka ia akan menerimanya dengan baik malah ia membalasnya kembali.
8.jika temanmu itu mendapat sesuatu kebaikan akan kebajikan darimu itu maka ia akan mengingati, menghargai dan menyebutkan akan kebaikanmu itu.
9.jika kamu berdiam diri atau karena malu untuk meminta sesuatu darinya maka dia akan bertanyakan akan kesusahanmu itu.
10.jika kamu berselisih paham dengan temanmu itu maka ia lebih rela mengalah demi untuk memelihara persahabatan itu.
petikan dari nasehat Alqomah kepada putranya :
"wahai putraku! sekiranya engkau merasakan perlu untuk bersahabat dengan seseorang maka hendaklah engkau memilih teman-teman yang memiliki sifat yang berikut :
1. jika kamu ditimpa oleh bencana maka temanmu itu akan coba melakukan sesuatu untuk menghilangkan dan meringankan kesusahanmu itu.
2.jika kamu meminta sesuatu bantuan atau pertolongan dari teman itu maka ia akan segera mengusahakannya.
3.jika kamu merancangkan sesuatu maka temanmu itu akan turut membantumu dengan memberikan pandangannya.
4.jika kamu bercakap-cakap dengannya maka temanmu itu akan membenarkan kata-katamu.
5.jika temanmu itu melihat sesuatu yang tidak baik dari perbuatan atau perkataan atau perkataanmu maka dia akan menutupinya.
6.jika kamu mengeratkan hubungan persahabatan dengan temanmu itu maka dia akan membalas dengan baik pertalian persahabatan itu.
7.jika kamu menghulurkan sesuatu kebaikan (hadiah) kepada temanmu itu maka ia akan menerimanya dengan baik malah ia membalasnya kembali.
8.jika temanmu itu mendapat sesuatu kebaikan akan kebajikan darimu itu maka ia akan mengingati, menghargai dan menyebutkan akan kebaikanmu itu.
9.jika kamu berdiam diri atau karena malu untuk meminta sesuatu darinya maka dia akan bertanyakan akan kesusahanmu itu.
10.jika kamu berselisih paham dengan temanmu itu maka ia lebih rela mengalah demi untuk memelihara persahabatan itu.
Langganan:
Postingan (Atom)