Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 31 Desember 2010

Ini Tentang Idolaku Andi Arsyil Rahman Putra

catatan ini aku ambil dari sebuah majalah..

Tidak hanya berwajah ganteng, lelaki yang satu ini juga terbilang memiliki otak yang encer. Sejak kecil kerapkali ia menuai prestasi.
Itulah sosok Andi Arsyil Rahman Putra atau lebih dikenal sebagai Furqan di Mega Film “Ketika Cinta Bertasbih” (KCB) yang tayang pertengahan 2009. Sebelum memerankan sosok Furqan yang kemudian melambungkan namanya itu, ia harus bersaing dengan ribuan orang yang mendaftar. Bahkan, saat Grand Final, ia harus bersaing dengan Andi Iswandi, yang merupakan seorang aktor naik daun. Namun, akhirnya Arsyil yang keluar terpilih untuk memerankan Furqan, sosok yang digambarkan sebagai lelaki yang kaya raya, pinter dan religius.

Kebahagiaan tentu saja menghinggapi Arsyil saat dirinya terpilih. Namun, baginya, ia tak perlu menyikapinya dengan berlebihan. Karena itu, saat namanya diumumkan sebagai pemenang di Grand Final untuk memerankan sosok Furqan, ia lupa melakukan sujud syukur. Ia tertegun dan baru menyadarinya setelah temen-temen mengucapkan selamat kepadanya. “Ini amanah, karena setelah itu masih ada perjuangan baru,” ujar lelaki yang mengenakan kaos warna merah dari merk terkenal saat diwawancarai ini.

Ternyata, perjuangan baru yang dimaksudkan Arsyil akhirnya benar-benar terjadi. Sebab, ia harus memerankan sosok yang benar-benar tidak mudah. Sebagai pemula di dunia film, tak mudah memerankan sosok yang memiliki karakter seperti Furqan. Ia memiliki kadar emosional yang berubah-ubah, apalagi saat melakoni peran dirinya terkena penyakit AIDS. “Untuk mencapai karya yang sempurna itu, aku banyak belajar dan membaca,” ujar lelaki kelahiran Makassar, 15 September 1987 ini.

Tidak tanggung-tanggung, setiap hari Arsyil menguber para juri KCB saat itu seperti Nunik L. Karim, Didi Petet, dan Deddy Mizwar untuk belajar akting yang baik. Bahkan, ia lakukan juga kepada sang sutradaranya yaitu Khairul Umam. “Aku terus bertanya, sampai mungkin mereka bosan sendiri,” ujarnya dengan kelakar.

Hal yang paling sulit juga dilakukan Arsyil adalah saat skenario film itu menuntut dirinya untuk berdialog dengan bahasa Arab dalam satu adegannya. Dengan tidak memiliki latar belakang pesantren dan pendidikan bahasa Arab pun hanya didapatkannya saat di TK, Arsyil harus fasih berbahasa Arab. Bahasa Arab ‘amiyah (bahasa yang dipakai sehari-hari di Arab) lagi, bukan bahasa Fushah (bahasa Arab seperti tertulis di al-Qur’an).

Namun, demi bisa melakoninya dengan baik, Arsyil tidak pantang mundur. Ia berusaha belajar dengan keras. “Kalau aku lagi dapat uang saku, aku gunakan untuk jalan-jalan di Mesir. Tujuannya untuk belajar bahasa Arab. Saat naik taxi, aku ajak dialog supirnya. Saat belanja baik di warung atau toko mini, aku juga berusaha tawar-menawar dengan bahasa Arab. Karena itu, aku selalu bawa kamus kecil setiap kali jalan,” ujarnya menceritakan bagaimana seriusnya belajar bahasa Arab untuk mendapatkan lakon yang sempurna di KCB. Perjuangan Arsyil tidak sia-sia. Ia berhasil mengucapkan bahasa Arab dengan cukup fasih dalam lakon di KCB tersebut.

Film KCB itu akhirnya benar-benar meledak di pasaran, sesuai dengan proses audisinya yang sangat populis. Para pemain KCB pun kebagian berkahnya. Setiap hari mereka hampir diundang ke layar televisi untuk wawancara. Kedatangannya ke setiap daerah pun dielu-elukan para penggemar. Arsyil pun merasakan kondisi seperti ini. Namun, dengan rendah hati ia berkata, “Awalnya aku ikut ini bukan untuk popularitas. Yang aku cari adalah perbaikan diri.”

Dengan karakter Furqan yang religius dan pintar, ia berharap itu akan membuatnya menjadi lelaki yang lebih baik. Yang bisa memperbaiki dirinya. Itulah harapan semula saat dirinya ikut audisi KCB. Jika kenyataannya film itu booming (meledak) dan berimbas pada pamor para pemainnya, itu adalah bagian dari anugerah yang diberikan Tuhan.

Menurut Arsyil, buku “Ketika Cinta Bertasbih” karya Kang Abik (Habiburrahman El Shirazy) sangat bagus esensinya. Itulah yang menggerakkan hatinya untuk ikutan audisi film KCB. Apalagi, setelah ia melihat para jurinya juga orang-orang profesional di bidangnya. Satu hal lagi, pengalaman bisa bersama mereka itulah yang merupakan hal yang luar biasa dibandingkan dengan yang lain.

Tidak saja menimbah ilmu dari mereka, Arsyil juga merasakan iklim yang sangat religius bersama mereka. “Sebenarnya bukan KCB-nya, tapi pola lingkungannya. Di situ lingkungannya sangat kondusif, berani untuk selalu belajar baik, dan didukung oleh orang-orang yang aku bilang notabene orang-orang sukses. Mereka juga memiliki latar belakang yang baik dan memiliki nilai-nilai Islami yang baik. Itulah yang menurut aku luar biasa. Aku banyak mendapat pengalaman dari mereka,” ujar lelaki ganteng berdarah Bugis ini.

Ya, banyak hal yang dipelajari oleh Arsyil dari KCB ini. Namun, satu hal yang belum banyak diketahui oleh orang, bahwa Arsyil sebenarnya adalah sosok yang prestisius. Sejak kecil ia kerapkali meraih prestasi. Bisa dibilang, otaknya sangat encer. Saat kelas 1 SMA, ia pernah mengikuti olimpiade fisika se-Makassar dan meraih juara ketiga kategori “The Most Creative Student”.

Bahkan, pada saat ujian SMA, nilai ujian akhir nasional (UAN) untuk matematika, ia mendapatkan angka sempurna yakni 10. Ini hal yang luar biasa! “Mungkin ada angka 10 di UAN baru aku saat itu,” ujar Arsyil berkelakar. Sebelumnya, saat masih kecil, ia pernah mendapat juara ke-2 lomba busana adat antar TK tingkat nasional di TMII.

Wajahnya yang ganteng dan fotogenik juga menjadikannya meraih juara satu wajah IT. Lalu, pada tahun 2007, ia menjuarai Duta Kawasaki. Setahun kemudian, tahun 2008, ia terpilih juara satu Pemilihan Dara dan Daeng Makassar (semacam Abang & None Jakarta). Ia juga juara ke-2 Pemilihan Model Makassar Terkini dan menjadi Duta Pariwisata Kota Makassar.

Sebelumnya, Arsyil pun kerapkali menjadi model video klip artis-artis lokal di Makassar. Bahkan, tahun 2004, anak kelima dari tujuh bersaudara ini pernah melakoni sebuah sinetron berjudul “Ngaca Dong!” bersama Chaterine Wilson yang tayang di Trans TV. Ia berperan antagonis di situ.

Atas segala prestasi itu, pantas saja jika Arsyil terpilih untuk memerankan Furqan di KCB. Terlepas dari semua itu, karena Arsyil memang pandai berperan (akting). Meski tidak memiliki latar belakang teater secara akademis (formal), namun kemampuan aktingnya ia pelajari dari keterlibatannya di beberapa teater di Makassar. Maka, tumbuhlah seorang Arsyil yang bisa berperan dan memiliki mental yang bagus. Dengan mental yang baik inilah, Arsyil mampu melewati segala pertanyaan dan ujian saat audisi di KCB.

Kini, setelah sukses di KCB, Arsyil mulai digandrungi banyak fans. Tidak sedikit fansnya berasal dari para perempuan yang menggilai kegantengannya. Bahkan, mungkin dari kalangan anak-anak hingga orang tua. Tidak sedikit pula yang berbuat aneh kepadanya, mulai dari mencubit-cubit pipinya yang halus hingga mengiriminya kado unik. Atas segala atensi para fansnya itu, Arsyil pun kerapkali menjaga hubungan baik dengan mereka, baik dengan interaksi langsung maupun lewat dunia maya.

Bagi Arsyil, kondisi seperti ini sebenarnya tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Saat kecil, sebenarnya ia bercita-cita ingin menjadi pilot. Baginya, melihat sebuah benda berwarna putih dan bisa terbang adalah hal yang mengasyikkan dan menakjubkan. Arsyil kecil pun bermimpi suatu saat pasti akan bisa mengendarai kapal terbang.

Cita-cita tersebut rasanya tidak sulit diwujudkan, mengingat ayah Arsyil adalah seorang dosen dan guru besar di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar. Pendidikan pasti akan mendapatkan prioritas dari kedua orang tuanya. Namun, kedua orang tua tampaknya kurang berkenan dengan cita-cita anaknya ini.

Akhirnya, Arsyil pun fokus pada dunia pendidikan, seperti profesi gurunya yang seorang dosen. Pada perjalanannya, kondisi seperti ini ada benarnya. Arsyil tampak tumbuh menjadi lelaki yang “gila” pada belajar. Nilai-nilai sekolahnya selalu baik.

“Aku tidak pernah bermimpi jadi selebritis. Aku gak pernah neko-neko memaksakan keadaan. Dulu aku lebih suka mengejar pendidikan dan aku harus berprestasi,” ujar Arsyil di rumah kakaknya di Penggilingan, Jaktim ini.
Karena itu, meski ia mulai merambah dunia entertainment, pendidikannya jalan terus. Bahkan, kini ia sedang menjalani tiga kuliah di universitas berbeda sekaligus, yang salah satunya mendapatkan beasiswa. Ini hal yang tidak mudah, tentunya, apalagi di tengah-tengah ia sedang mengejar karir di dunia entertainment.

Dari tiga kuliah itu, Arsyil sudah menyelesaikan skripsinya dari salah satu perguruan tinggi. Sisanya lagi sedang dalam upaya penyelesaian. “Aku termasuk gila kerja dan belajar. Aku kadang sampai larut pagi berada di komputer untuk mengetik,” kisah lelaki yang memiliki berat tubuh sekitar 75 kg dan pernah bekerja di sebuah perusahaan swasta telekomunikasi ini.

Menurut Arsyil, dulu saat masih bekerja di perusahaan swasta telekomunikasi yang dijalaninya selama satu tahun, dirinya jarang sekali tidur lama. Sebab, ia harus membagi waktunya untuk kuliah dan kerja baik di perusahaan maupun di entertainmet sebagai model atau MC. “Orang-orang bilang tentang saya agak aneh. Tapi, saya menjalaninya enjoy aja,” ujar Arsyil.

Kini, Arsyl telah merampungkan sebuah buku berjudul “Ayam dan Telor Mas”. “Mengenai judul belum pasti karena sedang saya ajukan ke penerbit,” ujar Arsyil. Buku berkisah tentang filosofi hidup ini dikerjakan saat shooting film KCB. Kini, ia sedang menulis buku keduanya, yang judulnya belum direncanakan.

Tentang orang yang dikaguminya, Arsyil begitu respek pada Arnold Schwarzenegger, seorang entertainment yang sukses terjun di bidang politik. “Meski dia seorang aktor, dia tetap bisa jadi leader di negaranya. Ia bisa jadi contoh,” ujarnya.

Arsyil juga sangat mengagumi Jet Lee, aktor laga dari Hongkong. “Keluar (baca: Hollywood) ia membawa keahliannya berkungfu. Saya kagum dengannya,” ujar Arsyil. Ia juga mengagumi Brad Pitt karena sangat sosialis. Untuk Indonesia, ia juga respek pada Dede Yusuf yang bisa sukses di karir entertainment dan juga politik sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat.

Arsyil tampaknya suka pada pelakon drama (entertainment) yang tidak saja menjual ketampanan atau kecantikannya, tapi juga kepintarannya. Contoh orang-orang di atas, digambarkan oleh Arsyl memiliki sisi-sisi kepintarannya ini. Jika tak pintar, mungkin mereka tidak akan bisa sukses di bidang lain, terutama politik.

Ketika disinggung soal cita-citanya kelak, Arsyil merendah bahwa ia hanya ingin menjadi orang yang bermanfaat buat siapa saja. “Hidup itu apa adanya. Karena hidup itu perjuangan,” ujarnya. Namun, kalau bisa, kelak ia bisa memberikan sumbangsih pada dunia pendidikan.

Satu hal yang tersisa dari Arsyil adalah dia seorang religius. Setelah film KCB, ia pernah ditawari video klip, namun ia menolaknya. “Karena dalam video klip itu ada adegan harus cium kening,” ujarnya. Padahal, itu adalah adegan standar, namun ia tetap menolak tawaran itu.

Arsyil pun rutin mengikuti pengajian mingguan di Pejaten. Usai wawancara dengan Hidayah, berencana ia pun akan berangkat ke pengajian. “Boleh kalau kamu ikut,” ajak Arsyl pada Hidayah.

Religiusitas Arsyil yang demikian itu bukan semata-mata karena ia baru saja memerankan tokoh religius di film KCB. Tapi, karena sejak kecil ia sudah ditanamkan oleh kedua orang tuanya dengan pendidikan agama yang baik. “Yang penting, pesan orang tua agar saya tidak lupa shalat,” kenang Arsyil tentang nasehat kedua orang tua saat kecil dulu.

Mudah-mudahan, Arsyil tetap konsisten pada kondisi seperti itu! Dan bagi kita, semoga bisa mengambil hikmah dari pengalaman hidupnya ini! Amien.


inilah sosok kak Arsyil yang juga telah mempertemukan saya dengan banyak sahabat..
ini buku karya kak Arsyil yang pertama..
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsenal FC